Penulis :
06 Oktober 2011
JEDDAH – Calon jamaah haji Indonesia terus berdatangan di Arab Saudi. Hingga Rabu pukul 22.00 waktu arab saudi (WAS) sebanyak 55 kloter dengan 21.959 orang jamaah asal Indonesia telah mendarat di Bandara King Abdul Azis (KIA) Jeddah dan Bandara Amir Muhammad Abdul Azis Madina (AMMA).
Rata-rata penerbangan tepat waktu. Hanya saja penerbangan dari Embarkasi Balik Papan untuk kelompok terbang III terpaksa ditunda hingga delapan jam, karena adanya bird strike (engine kemasukan burung). Pihak Garuda terpaksa menganti pesawat, agar jamaah bisa terangkut. “Hingga kini tidak ada kendala berarti dalam proses kedatangan jamaah dari tanah air,” ujar Kepala Daerah Kerja (Dakker) Jeddah Ahmad Abdullah, kemarin.
Dia mengatakan pelayanan baik untuk tempat peristirahatan, layanan bagasi, katering, maupun layanan kesehatan secara umum bisa terlaksana dengan baik. Di terminal kedatangan Jeddah sendiri tidak ada jamaah yang mengalami gangguan kesehatan secara serius. Umumnya jamaah hanya mengalami kecapekan yang langsung diistirahatkan petugas kesehatan di oktagon (ruang kesehatan) yang disiapkan di lokasi bandara. “Terakhir ada empat jamaah yang dirawat, namun belum sampai dirujuk ke rumah sakit yang ditunjuk,” katanya.
Pihaknya secara khusus menugaskan satu dokter khusus yang berjaga di pintu kedatangan setelah proses pemeriksaan imigrasi. Petugas itu akan secara khusus memantau kondisi fisik jamaah yang menunjukan gejala sakit atau lemas. “Petugas itu bakal segera menarik jamaah yang dinilai sakit untuk segera dibawah ke ruang kesehatan,” ujar Abdullah.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Daerah Kerja Madinah Akhmad Djauhari. Dia menegaskan hingga kemarin tidak ada kendala berarti dalam proses kedatangan, pemondokkan, hingga katering untuk para jamaah. Hanya saja dia meminta agar pihak-pihak penyedia layanan transportasi untuk memimalkan potensi keterlambatan. “Dampak keterlambatan bisa besar, karena ini berkaitan dengan layanan katering hingga jadwal keberangkatan mereka ke Mekkah, setelah melakukan ibadah arbain di Madinah,” ujarnya.
Kalaupun ada keterlambatan, lanjut Djauhari pihak-pihak terkait harus segera mengabarkan secara resmi kepada petugas di lapangan di tingkat daerah kerja. Dengan demikian petugas dakker segera bisa melakukan re-schedule terkait layanan yang disediakan. “Bisa dibayangkan berapa kerugian yang harus ditanggung jika pemberitahuan keterlambatan datang telat, sementara di sisi lain kami telah menyiapkan katering untuk para jamaah,” ujarnya. (suwarno)