Penulis :
17 Oktober 2011
JEDDAH - Memasuki pekan ketiga, jamaah haji khusus mulai tiba di tanah suci. Andromeda Atria Utama dan Farfaza Astatama menjadi dua penyelenggara pertama yang mengirimkan jamaahnya ke tanah suci.
Kedua penyelenggara ini mengirimkan 259 jamaah. Andromeda mengirimkan 74 jamaah, sedangkan Farfaza 185 jamaah. Mereka tiba di bandara King Abdul Azis (KAA), Jeddah sekitar pukul 17.30 waktu Arab Saudi atau 21.30 WIB, Jumat (14/10/2011).
Kloter pertama haji khusus dengan penerbangan reguler menggunakan pesawat Garuda, GA 980, ini akan berangkat langsung ke Madinah untuk melakukan ziarah dan salat arbain. Sejumlah petugas dengan memakai rompi bertuliskan HIMPUH ( Himpunan Muslim Penyelenggara Umrah dan Haji) tampak menyambut mereka. "Sampai tiba di Jeddah ini kami merasa puas dengan layanan dari penyelenggara," ujar Zaenap, 61, salah calon jamaah haji khusus Andromeda dari Banyuwangi.
Zaenap menuturkan dirinya bersama 10 calhaj yang lain berangkat dari Bandara Soekarno Hatta. Dia berangkat dari Banyuwangi dengan travel ke Surabaya, lalu disambung dengan pesawat terbang menuju Jakarta. "Agak capek cuman senang bisa sampai ke tanah suci," katanya.
Perempuan paroh baya ini mengaku ikut paket ceria. Untuk paket ini dia harus merogoh kocek sebesar Rp66 juta. "Sebenarnya ada paket cantik, tapi lebih mahal," katanya.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Jeddah Ahmad Abdullah mengatakan PPHI hanya bertugas untuk memantau jalannya penyelenggaraan haji khusus. Seluruh layanan baik ibadah, pemondokan, katering, hingga kesehatan merupakan wewenang penyelenggara masing-masing. "Proses pemantauan dan pengendalian ini kami lakukan sejak dari tanah air," katanya.
Dia mengungkapkan Kemenag lebih ketat dalam menerapkan aturan bagi penyelenggara haji khusus. Misalnya saat penyelenggara meminta rekomendasi pemberian visa haji, Kemenag mensyaratkan adanya tiket pulang-pergi untuk masing-masing jamaah. "Selain itu saat mengajukan barcode atau izin haji kepada kedutaan arab saudi mereka (penyelenggara haji khusus) diminta bukti layanan pondokan, katering, transportasi bagi jamaah mereka," katanya.
Kendati demikian, kata Abdullah, PPIH tetap memantau layanan penyelenggara haji khusus. Pemantauan itu akan dilakukan baik secara formal maupun informal. "Formalnya di setiap kota tujuan mereka harus melapor kepada PPIH, sedangkan informalnya ada petugas yang akan membaur kepada jamaah untuk memastikan layanan kepada jamaah," katanya.
Tahun ini sebanyak 20.000 orang calon jamaah haji khusus akan berangkat ke tanah suci. Mereka akan berangkat melalui 161 penyelenggara ibadah haji khusus (PIHK). Setiap penyelenggara minimal membawa 45 orang dan maksimal 200 jamaah. Peserta haji khusus akan tiba di tanah suci terakhir tanggal 31 Oktober mendatang.(suwarno)